MAKALAH
MENCIPTAKAN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN
(diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas UTS Manajemen pemasaran )
Disususn oleh :
Ristiawati
2892270006
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MANAGEMENT DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCA SAKTI BEKASI
Puji
syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan” dapat selesai. makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas UTS mata kuliah
manajemen pemasaran.
Selain
itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang “menciptakan nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan, Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih berkat
tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik
yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis harap semoga Makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis terutama bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan
dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis harap adanya kritik
serta saran yang membangun untuk kedepannya agar dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Bekasi, 1 November 2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
dewasa ini kemajuan teknologi sangat pesat, sehingga berbagai jenis barang yang
dibutuhkan pelanggan dapat dengan mudah didapatkan. Dengan adanya berbagai
ragam produk tersebut menyebabkan pelanggan harus berfikir kritis terhadap
menentukan pilihan produknya, sehingga produsen berusaha bersaing untuk merebut
minat pelanggan dan pangsa pasar dengan cara yang lebih agresif dalam melakukan
strategi pemasaran. Secara umum semua perusahaan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal, maka kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran
akan membawa akibat-akibat yang cukup fatal bagi perusahaan.
Usaha-usaha
pemasaran untuk menguasai dan memperluas pasar mempunyai arti yang sangat
penting, untuk itu perlu ditempuh berbagai cara demi mencapai tujuan tersebut.
Seperti yang diketahui, bahwa konsep dan strategi pemasaran akan selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, sebab dalam pembauran pemasaran
telah mancakup strategi pemasaran.
Maka
dari itulah setiap perusahaan harus mampu mengikuti perkembangan teknologi agar
dapat memperluas daerah pasar. Pemasaran sebagai suatu sistem dari
kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, meliputi kegiatan merencanakan dan
menentukan; produk, harga, saluran distribusi, dan promosi, berupa barang dan
jasa kepada kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan pemasaran tersebut beroperasi
dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu
sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi yang ditimbulkan, sebagai
akibat adanya dinamika pasar. Keunggulan suatu pasar juga ditentukan oleh
komitmen para karyawan perusahaan, untuk menciptakan dan memuaskan pelanggan
Begitu
pentingnya peran pelanggan dalam perusahaan, sehingga para pengusaha selalu
berlomba-lomba menggali potensi yang terbaik untuk dipersembahkan kepada
pelanggan, namun pada kenyataannya tidak sedikit perusahaan yang malahan
bingung untuk membuat pelanggannya loyal dan tidak berpindah kepada produk atau
jasa perusahaan lain. Kepuasan pelanggan yang di berikan oleh perusahaan
menjadi nilai tersendiri dari pelanggan maka sepatutnya perusahaan harus tahu
betul siapa pelanggan itu, dan harus tahu betul apa yang mesti
dilakukan/diberikan kepada pelanggan, sehingga pada akhirnya pelanggan itu
akan memberikan konstribusi besar dalam bisnis perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang
diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:
1. 1. Bagaimana menciptakan nilai pelanggan?
2. 2. Bagaimana menciptakan kepuasan pelanggan?
3. 3. Bagaimana menciptakan loyalitas pelanggan?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. 1. Untuk mendeskripsikan menciptakan nilai pelanggan.
2. 2. Untuk mendeskripsikan menciptakan kepuasan pelanggan.
3. 3. Untuk
mendeskripsikan loyalitas pelanggan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelanggan
Di dalam era perdagangan bebas
dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan dan membangun sistem manajemen
yang mampu secara profesional memperhatikan para pelanggannya. Dua hal yang
menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam melakukan pelayanan kepada
pelanggan ini adalah pertama karena semakin mahalnya biaya perolehan pelanggan
baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua adalah adanya kenyataan
bahwa tingkat kemampulabaan perusahaan berbanding lurus dengan pertumbuhan
hubungan antara perusahaan dan pelanggan.
Pentingnya peranan pelanggan
bagi kelangsungan hidup perusahaan seringkali diungkapkan oleh para pelaku
bisnis dengan cara mengungkapkannya dalam bentuk pujian dan kebanggaan kepada
pelanggan. Kata pelanggan adalah istilah yang sangat akrab dengan dunia bisnis
di Indonesia dimulai dari pedagang kecil hingga pedagang besar, dari industri
rumah tangga hingga industri berskala internasional, dari perusahaan yang
bergerak di bidang produksi barang hingga perusahaan yang bergerak di bidang
jasa sangat mengerti apa arti kata pelanggan itu. Dimana pelanggan adalah pihak
yang memakai nilai, mereka membentuk harapan akan nilai (Hurriyati, 2005 :
106).
Dalam perusahaan yang bergerak
di bidang jasa, pelanggan adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan. Dalam
dunia perbankan pelanggan diartikan sebagai pelanggan, pandangan tradisional
ini menyimpulkan, bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan
perusahaan setelah proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna
produk.
Menurut Webster’s 1928 Dictionary dalam Hamdani (2006: 143) pelanggan
adalah : ”Seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk membeli
suatu barang atau peralatan”.
Menurut Irawan (2004 : 1)
mengemukakan bahwa: ” Pelanggan adalah orang yang paling penting dalam
perusahaan.” Sedangkan Rangkuti (2006 : 318) menyebutkan:
”Pelanggan
adalah orang yang mengkonsumsi atau
menggunakan produk atau jasa. Seseorang bisa disebut pelanggan tanpa
perlu membeli produk atau jasa, melainkan cukup hanya mengkonsumsi atau
menggunakan produk atau jasa tersebut.”
Pelanggan tidak bergantung
kepada kita, tetapi kita yang bergantung kepadanya. Pelanggan tidak pernah menganggu
pekerjaan kita, sebab dia adalah tujuan dari pekerjaan kita. Kita tidak
melakukan yang baik dengan melayani dia, tetapi justru pelangganlah yang
memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat melayani dia. Tidak seorang pun
dapat memenangkan apabila berargumentasi dengan pelanggan, sebab pelanggan
adalah orang yang membawa kita kepada pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena itu,
adalah pekerjaan kita untuk dapat memperlakukan pelanggan yang menguntungkan
bagi pelanggan dan juga buat perusahaan kita.
Pelanggan
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1.
Pelanggan
internal
Pelanggan internal atau konsumen internal adalah
orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa atau proses produksi
barang, sejak dari perencanaan, penciptaan jasa atau pembuatan barang, sampai
dengan pemasaran dan penjualan dan pengadministrasian.
Mereka itu antara lain adalah jajaran direksi, manajer,
pimpinan bagian, pimpinan seksi, penyelia, dan para pegawai organisasi
komersial (perusahaan), pengurus dan pegawai organisasi non komersial
(nirlaba), pegawai pada instansi pemerintah.
2.
Pelanggan
eksternal
Pelanggan eksternal atau konsumen eksternal adalah semua
orang yang berada di luar organisasi komersil atau organisasi non komersil,
yang menerima layanan penyerahan barang atau jasa dari organisasi (perusahaan).
Apabila ditinjau dari sisi kegiatan komersil dan non komersil, pelanggan
eksternal tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a) Kelompok pelanggan dalam kegiatan komersil
Penerima layanan yang termasuk kelompok pelanggan dalam
kegiatan komersil adalah sebagai berikut :
§ Mereka yang berada di pasar konsumen, yaitu para konsumen/pelanggan
selaku pemakai akhir.
§ Di pasar produsen/industri, yaitu para produsen yang membeli barang
modal untuk digunakan sebagai alat pengolah dan yang membeli bahan baku untuk
diolah kembali.
§ Di pasar pedagang
perantara, yaitu para pedagang perantara yang membeli produk untuk dijual
kembali.
§ Di pasar pemerintah yaitu, instansi-instansi pemerintah pusat dan daerah
yang membeli produk untuk memenuhi keperluannya.
b) Kelompok pelanggan dalam kegiatan non-komersil
Penerima layanan
yang termasuk kelompok pelanggan kegiatan non-komersil adalah mereka yang
menerima layanan dari penyedia layanan non-komersil yang sifat layanannya
cuma-cuma atau dengan mengeluarkan pembayaran yang sepadan dengan manfaat yang
diperolehnya.
Pelanggan seperti pelanggan bank, pasien rumah sakit,
penumpang pesawat, pembeli di pasar swalayan, pembeli makanan di restoran, tamu
hotel, pelanggan bengkel, bisa merasa tidak puas kalau kebutuhan dan harapannya
tidak dipenuhi. Pelanggan akan sangat puas kalau apa yang dialami lebih baik
dari yang diharapkan dan akan kecewa kalau terjadi sebaliknya.
Dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa, pelanggan
adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan nasabah
diartikan pelanggan, pandangan tradisional ini menyimpulkan, bahwa pelanggan
adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses produksi
selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Sedangkan orang yang
berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung adalah
dianggap sebagai pemasok.
Jadi dengan kata lain, pelanggan adalah seseorang yang
secara kontinyu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk
memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa
dan membayar produk atau jasa tersebut.
B. Pengertian Nilai
Pelanggan
Nilai didefinisikan sebagai berikut : “the consumer's overall assessment of the
utility of a product based on perceptions of what is received and what is given”
(Zeithaml 1988). Nilai terhadap suatu produk merupakan penafsiran konsumen
terhadap produk tersebut. Secara formal konsep nilai adalah hubungan antara
manfaat yang dirasakan oleh konsumen dengan biaya untuk mendapatkan manfaat
tersebut ( dalam Yohanes Suhari,et.all , 2012:47). Menurut Yohanes, et.all ,
(2012:47) menyebutkan bahwa nilai sering disajikan dengan persamaan sebagai
berikut :
Nilai = Manfaat / Biaya
Nilai adalah bersifat subyektif (yaitu fungsi dari
penafsiran konsumen) dan relasi (yaitu manfaat dan biaya keduanya harus
bernilai positif). Biaya yang dirasakan termasuk pembayaran berupa uang dan
pengorbanan bukan berupa uang seperti konsumsi waktu, konsumsi energi, dan
stres yang dialami oleh konsumen. Pada gilirannya, nilai yang dirasakan
merupakan dari hasil evaluasi manfaat relatif dan pengorbanan yang terkait
dengan penawaran.
Monroe mengemukakan bahwa nilai pelanggan adalah trade off antara persepsi pelanggan
terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan yang dilakukan lewat
harga yang di bayarkan. Anderson ,et al. menyatakan bahwa Nilai Pelanggan
merupakan perceived worth dalam unit
moneter atau serangkaian manfaat ekonomis , teknis, layanan, dan sosial sebagai
pertukaran atas harga yang di bayarkan untuksuatu produk, dengan
mempertimbangkan penawaran dan harga dari para pemasok yang tersedia (dalam
Tjiptono 2006 : 296). Sedangkan menurut Slater dan Narver (1994:23) menjelaskan
bahwa nilai pelanggan merupakan kualitas yang dirasakan pelanggan yang
disesuaikan dengan harga relatif dari produk yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan.
Perusahaan dalam memberikan nilai kepada pelanggan,
harus mempertimbangkan apa yang dikenal sebagai "total market offering" Penawaran pasar total didalamnya
termasuk reputasi organisasi, perwakilan staf, manfaat produk, dan
karakteristik teknologi dibandingkan dengan pesaing dan harga. Dengan demikian
nilai juga dapat didefinisikan sebagai hubungan antara yang ditawarkan ke pasar
oleh satu perusahaan dengan perusahaan kompetitornya. Pada marketing nilai
dapat diukur menurut ukuran kwalitatif dan kwantitatif. Pada ukuran kwalitatif,
nilai adalah kombinasi dari emosional, mental, dan psikis ditambah faktor
sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Pada ukuran kwantitatif, nilai diukur dari
besarnya finansial, persentase, dan rupiah. Nilai dapat berubah dengan
berkembangnya waktu, tempat, dan masyarakat yang dapat mengubah faktor
lingkungan (Yohanes Suhari,et.all , 2012; 47).
Gale & Wood (dalam
Tjiptono 2006 : 297) merumuskan Nilai Pelanggan sebagai kualitas yang di
persepsikan pasar dan disesuaikan dengan harga relative produk perusahaan. Butz
& Goodstein menegaskan bahwa Nilai Pelanggan adalah ikatan emosional yang
terjalin antara pelanggan dan produsen setelah pelanggan menggunakan produk
atau jasa yang di hasilkan pemasok tersebut dan mendapati bahwa produk
bersangkutan memberikan nilai tambah. Sementara itu Woodruff mendefinisikan
Nilai Pelanggan sebagai preferensi perceptual dan evaluasi pelanggan terhadap
atribut produk, kinerja atribut, dan konsekuensi yang di dapatkan dari
pemakaian produk yang memfasilitasi (atau menghambat) pencapaian tujuan sasaran
pelanggan dalam situasi pemakaian (Ajeng Utami Ikasari, et.all , 2013: 1-8).
C. Kepuasan Pelanggan
Menurut
kotler (2003: 138) Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap
kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau
kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka
pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan akan puas.
Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan amat puas atau senang.Kunci
untuk menghasikan kesetian pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan yang
tinggi.
Hubungan
antara kepuasan pelanggan dan pelanggan yang loyal adalah tidak proporsional (Kotler, 2003: 205), contohnya adalah kepuasan pelanggan
yang diranking dengan skala 1-5, yaitu :
1. Kepuasan pelanggan
pada tingkat sangat rendah (tingkat 1), kemungkinan besar pelanggan akan
berpindah meninggalkan perusahaan dan menjelek-jelekkannya.
2. Kepuasan
pelanggan pada tingkat 2 sampai dengan tingkat 4, pelanggan merasa agak
puas,tetapi masih mungkin untuk berpindah ketika suatu penawaran lebih baik
muncul.
3. Kepuasan
pelanggan pada tingkat 5, pelanggan sangat mungkin membeli kembali dan bahkan
menyebarluaskan kabar baik tentang perusahaan.Kesenangan atau kepuasan yang
tinggi menciptakan suatu ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut
dan tidak hanya terpaku pada pilihan yang masuk akal saja.
Karena
kepuasan pelanggan sangat tergantung pada persepsi dan ekspektasi pelanggan,
maka sebagai pemasok produk perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Zeithaml et.all (2003:162) terdapat empat faktor
yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang
didengar pelanggan dari pelanggan lainnya (word of mounth
communication).Dimana hal ini merupakan faktor potensial yang menentukan
ekspektasi pelanggan.Sebagai contoh, seorang pelanggan memiliki perusahaan yang
di harapkan dapat memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi berdasarkan
rekomendasi teman-teman atau tetangganya.
2. Ekspektasi
pelanggan sangat bergantung dari karakteristik individu dimana kebutuhan
pribadi (personnel needs).
3. Pengalaman masa
lalu (past experience) dalam menggunakan pelayanan dapat juga
mempengaruhi tingkat ekspetasi pelanggan.
4. Komunikasi
dengan pihak eksternal (external communication) dari pemberi
layanan memainkan peranan kunci dalam membentuk ekspektasi
pelanggan.Berdasarkan External communication,perusahan pemberi
layanan dapat memberikan pesan-pesan secara langsung maupun tidak langsung
kepada pelanggannya.Sebagai contoh dari pengaruh adanya external
communication adalah harga di mana biaya pelayanan sangat
berperan penting dalam membentuk ekspektasi pelanggan.
Kepuasan
pelanggan menurut Guiltinan, et.all (1997: 6) yaitu konsekuensi dari
perbandingan yang dilakukan oleh pelanggan yang membandingkan antara tingkatan
dari manfaat yang dirasakan terhadap manfaat yang diharapkan oleh pelanggan. Sedangkan menurut Pasuraman, Zeithaml, dan
Berry (1990: 15) mengemukakan bahwa
kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan terhadap satu jenis pelayanan yang
didapatkannya. Schiffman dan Kanuk (2004: 14)
menandaskan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perasaan seseorang terhadap
kinerja dari suatu produk atau jasa yang dibandingkan dengan harapannya. Kotler
seperti yang dikutip Rangkuti (2002: 23), menjelaskan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang
sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan
diharapkannya. Jadi dari definisi-definisi diatas artinya adalah jika
perasaan seseorang tersebut memenuhi atau bahkan melebihi harapannya maka
seseorang tersebut dapat dikatakan puas.
Zeithaml
dan Bitner (2003: 85) mengemukakan bahwa kepuasan
adalah konsep yang jauh lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas
pelayanan, tetapi juga di pengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kepuasan pelanggan
di pengaruhi oleh persepsi pelanggan terhadap kualitas
pelayanan (jasa) , kualitas
produk, harga dan oleh faktor situasi dan faktor pribadi dari
pelanggan. Kualitas pelayanan (jasa) merupakan fokus penilaian yang
merefleksikan persepsi pelanggan terhadap lima dimensi spesifik dari pelayanan(jasa).
Kepuasan lebih inklusif, yaitu kepuasan di tentukan oleh persepsi terhadap
kualitas pelayanan (jasa) , kualitas produk ,harga, faktor situasi
dan faktor pribadi.
|

|
|
Customer Satisfaction Model
|
Konsep kepuasan pelanggan dari zeithaml dan Bitner
ini di gunakan dalam penelitian karena dimensi-dimensi yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan mewakili objek penelitian. Lovelock (2005: 102) menjelaskan
bahwa kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka dapat
berupa kemarahan, ketidakpuasan,kejengkelan, netralitas, kegembiraan atau
kesenangan. Tidak mengherankan bahwa perusahaan telah menjadi terosebsi dengan
kepuasan pelanggan, mengingat hubungannya yang langsung dengan kesetiaan
pelanggan, pangsa pasar dan keuntungan. Schisffman dan Kanuk
(2004: 14) menandaskan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan perasaan seseorang terhadap kinerja dari suatu
produk yang dirasakan dan diharapkannya. Jadi dari definisi – definisi
diatas artinya adalah jika perasaan seseorang tersebut memenuhi atau bahkan
melebihi harapannya maka seseorang tersebut dapat dikatakan puas.
Aspek-aspek
yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan secara efektif (Bhote, 1996: 56), yaitu :
1. Warranty costs. Beberapa perusahaan dalam menangani
warranty costs produk/jasa mereka dilakukan melalui persentase penjualan.
Kegagalan perusahaan dalam memberi kepuasan kepada pelanggan biasanya karena
perusahaan tidak memberi jaminan terhadap produk yang mereka jual kepada
pelanggan.
2. Penanganan
terhadap komplain dari pelanggan. Secara statistic hal ini penting untuk
diperhatikan, namun seringkali terlambat bagi perusahaan untuk menyadarinya. Bila komplain/klaim dari pelanggan
tidak secepatnya diatasi, maka customer defections tidak dapat dicegah.
3. Market Share. Merupakan
hal yang harus diukur dan berkaitan dengan kinerja perusahaan. Jika market
share diukur, maka yang diukur adalah kuantitas, bukan kualitas dari pelayanan
perusahaan.
4. Costs of poor quality. Hal ini dapat bernilai memuaskan bila biaya untuk
defecting customer dapat diperkirakan.
5. Industry reports. Terdapat banyak jenis dan industry reports ini, seperti
yang disampaikan oleh J.D Power dalam Bhote, yakni report yang fairest, most
accurate, dan most eagerly yang dibuat oleh perusahaan.
Sedangkan Lovelock
(2005:104) mengemukakan
bahwa kepuasan pelanggan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, dan tingkat
kepuasan pelanggan yang lebih besar. Dalam jangka panjang, akan lebih menguntungkan
mempertahankan pelanggan yang baik daripada terus menerus menarik dan membina
pelanggan baru untuk menggantikan pelanggan yang pergi. Pelanggan yang sangat
puas akan menyebarkan cerita positif dari mulut ke mulut dan malah akan menjadi
iklan berjalan dan berbicara bagi suatu perusahaan, yang akan menurunkan biaya
untuk menarik pelanggan baru seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini
mengenai manfaat dari kepuasan pelanggan.
Jadi dari beberapa teori diatas
dapat disimpulkan salah satu manfaat dari kepuasan pelanggan yaitu dapat
meningkatkan loyalitas pelanggan sehingga dapat disimpulkan pula bahwa kepuasan
pelanggan itu sendiri dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan.
Manfaat
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
1. Mempelajari
persepsi masing-masing pelanggan terhadap mutu pelayanan yang dicari,diminati
dan diterima atau tidak di terima pelanggan,yang akhirnya pelanggan merasa puas
dan terus melakukan kerja sama.
2. Mengetahui
kebutuhan,keinginan, persyaratan, dan harapan pelanggan pada saat sekarang dan
masa yang akan datang yang disediakan perusahaan yang sesungguhnya dengan
harapan pelanggan atas pelayanan yang diterima.
3. Meningkatkan
mutu pelayanan sesuai dengan harapan-harapan pelanggan.
4. Menyusun
rencana kerja dan menyempurnakan kualitas
pelayanan dimasa akan datang.
Mengukur
Kepuasan Pelanggan
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk
mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan perusahaan pesaing. Kotler
(2002: 42), mengemukakan 4 metode untuk mengukur kepuasan
pelanggan, yaitu:
1.
Sistem keluhan
dan saran
Sebuah
perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah pelanggannya untuk memberikan
saran, pendapat dan keluhan mereka.Media yang di gunakan meliputi kotak saran
yang di letakkan di tempat-tempat strategis,menyediakan kartu komentar,saluran
telepon khusus dan sebagainya.Tetapi karena metode ini cenderung pasif,maka
sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan dan tidak kepuasan
pelanggan.Tidak semua pelanggan yang tidak puas lantas akan menyampaikan
keluhannya.Bisa saja mereka langsung beralih ke perusahaan lain dan tidak akan
menjadi pelanggan perusahaan tersebut lagi.
2.
Survei kepuasan
pelanggan
Umumnya banyak
penelitian mengenai kepuasan pelanggan di lakukan dengan menggunakan metode
survei baik melalui pos,telepon maupun wawancara pribadi. Pengukuran kepuasan
pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara (Kotler, 2002: 15) diantaranya :
a. Directly
Reported Satisfaction
Pengukuran
dilakukan secara langsung melalui pertanyaan.
b. Derived
Dissatisfaction
Pertanyaan yang
di ajukan menyangkut 2 hal utama, yaitu besarnya harapan pelanggan terhadap atribut
tertentu dan besarnya kinerja yang telah mereka rasakan atau terima.
c. Problem
Analysis
d. Pelanggan yang
dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan 2 hal pokok,yaitu :
masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari menajemen perusahaan
dan saran-saran untuk melakukan perbaikan.
e. Importance-Performance
Analysis
Dalam tehnik
ini responden diminta meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan
derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu juga, responden diminta
merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen
tersebut.
3.
Belanja siluman
(Ghost shopping).
Metode ini
dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk
berperan atau bersikap sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan
pesaing. Lalu ghost shopper tersebut menyampaikan temuan-temuannya
mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan pesaing berdasarkan
pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost
shopper juga datang melihat langsung bagaimana karyawan berinteraksi
dan memperlakukan para pelanggannya.Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau
atasannya baru melakukan penilaian akan menjadi bias.
Analisis
pelanggan yang hilang (lost customer analysis)
Pihak perusahaan berusaha menghubungi
para pelanggannya yang sudah berhenti menjadi pelanggan atau beralih ke
perusahaan lain. Yang di harapkan adalah memperoleh informasi bagi perusahaan
untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan.
Menurut Tjiptono (2002 : 24)
terciptanya kepuasan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya hubungan
antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis, menjadi dasar bagi pembelian
ulang dan menciptakan loyalitas pelanggan serta rekomendasi dari mulut ke mulut
yang menguntungkan perusahaan. Kotler (2003 : 140) juga mengemukakan bahwa hubungan
antara kepuasan dan loyalitas adalah saat dimana konsumen mencapai tingkat
kepuasan tertinggi yang menimbulkan ikatan emosi yang kuatdan komitmen jangka
panjang dengan merek perusahaan.
D. Pengertian Loyalitas
Pelanggan
Loyalitas merupakan hal yang
penting, sebab strategi pemasaran yang sukses dan didukung oleh pelanggan yang
setia, seyogyanya menghasilkan konsumen-konsumen
yang loyal. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan
loyalitas pelanggan adalah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan merek
produk yang ditawarkan kepada konsumen.
Isitilah loyalitas sudah
sering diperdengarkan oleh pakar marketing maupun praktisi bisnis, loyalitas
merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam konteks sehari-hari,
tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya.
Menurut
Usmara (2008 : 122) loyalitas adalah sebagai berikut :
Loyalitas adalah komitmen
yang mendalan untuk membeli kembali atau berlanggan kembali suatu produk atau
jasa yang dipilih di masa mendatang, dengan cara membeli merek yang sama secara
berulang-ulang, meskipun pengaruh situasional dan usaha-usaha pemasaran secara
potensial menyebabkan tingkah laku untuk berpindah.
Adapun menurut
Hasan (2008 : 79) mengemukakan bahwa :
Loyalitas pelanggan
merupakan perilaku yang terkait dengan merek sebuah produk, termasuk
kemungkinan memperbaharui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa
kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek, berapa kemungkinan
keinginan pelanggan untuk meningkatkan citra positif suatu produk.
Sedangkan menurut Hurriyati
(2005 : 129) mengemukakan bahwa :
Loyalitas konsumen (pelanggan)
adalah komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali
atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa
yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai
potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Kotler (2008: 560) bahwa: “Konsumen
yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari berapa sering
dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini merekomendasikan orang lain
untuk membeli.”
Menurut Sutisna (2003 : 41)
bahwa: ”Loyalitas dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu loyalitas
merek (brand loyalty) dan loyalitas
toko (store loyalty)”.
Misalnya seorang konsumen yang
sudah sangat sering melakukan pembelian terhadap suatu satu merek produk, tidak
ada lagi merek yang dipertimbangkan untuk dibeli selain merek produk dibelinya.
Ketika merek produk itu tidak tersedia di toko yang ditujunya, dia terus
berusaha mencari produk itu sampai ke tempat yang jauh sekalipun. Bahkan ketika
merek barang itu tidak tersedia, dan petugas penjualan mengatakan merek produk
yang dicarinya akan datang beberapa hari kemudian, dia bersedia menunggunya.
Jika ada konsumen dalam pembeliannya berperilaku seperti itu, maka bisa disebut
konsumen itu sangat loyal terhadap merek pilihannya (brand loyalty).
Seperti halnya brand loyalty, store loyalty juga ditunjukkan oleh perilaku konsisten, tetapi
dalam store loyalty perilaku
konsistennya adalah dalam mengunjungi toko di mana konsumen bisa membeli merek
produk yang diinginkan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang diungkapkan
oleh Assael, yaitu konsumen yang loyal terhadap merek akan juga loyal terhadap
toko.
Berdasarkan pengertian di
atas, dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari
unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus
terhadap barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih. Keuntungan-keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain :
1. Dapat mengurangi
biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik konsumen yang baru lebih mahal).
2. Dapat mengurangi
biaya transaksi.
3. Dapat mengurangi
biaya turn over konsumen (karena
penggantian konsumen yang lebih sedikit).
4. Dapat meningkatkan
penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan.
5. Mendorong word of mouth yang lebih positif,
dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
6. Dapat mengurangi
biaya kegagalan (Seperti biaya penggantian, dan lain-lain).
Jika produk
tidak mampu memuaskan pelanggan, pelanggan akan bereaksi dengan cara exit
(pelanggan menyatakan berhenti membeli merek atau produk) dan voice (pelanggan
menyatakan ketidak puasan secara langsung pada perusahaan.
Karakteristik Loyalitas
Loyalitas merupakan kondisi
psikologis (attitudinal dan behavioral)
yang berkaitan dengan sikap terhadap produk, konsumen akan membentuk keyakinan,
menetapkan suka dan tidak suka, dan memutuskan apakah mereka ingin membeli
produk. Menurut Brown dalam Hurriyati (2005 : 131), dimensi sikap merupakan
niat dan preferensi pelanggan untuk membeli suatu jasa atau produk tertentu.
Niat untuk membeli atau niat untuk merekomendasi dan preferensi pada suatu
perusahaan merupakan faktor penting dalam menentukan bisnis di masa yang akan
datang.
Semakin besar niat pelanggan
untuk membeli ulang atau niat untuk merekomendasikan suatu perusahaan jasa
memberikan suatu indikasi bahwa perusahaan jasa tersebut mempunyai bisnis yang
cerah di masa depan. Sehingga dimensi sikap ini merupakan indikasi yang baik
untuk pengukuran loyalitas pelanggan. Dengan kata lain, dimensi ini akan
memberikan indikasi apakah pelanggan akan tetap membeli lagi atau pindah pada
perusahaan jasa lainnya.
Pelanggan yang loyal merupakan
aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang
dimilikinya, sebagaimana diungkapkan Hurriyati (2005 : 130) pelanggan yang
loyal memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Melakukan
pembelian secara teratur (Makes Regular
repeat purchases
2.
Membeli di
luar lini produk/jasa (purchases across
product and service lines)
3.
Merekomendasikan
produk lain (Refers other)
4.
Menunjukkan
kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition)
Merancang dan
Menciptakan Loyalitas
Kaitannya dengan pengalaman pelanggan (Hurriyati, 2005:
130) mengungkapkan bahwa loyalitas pelanggan tidak bisa tercipta begitu saja,
tetapi harus dirancang oleh perusahaan, adapun tahap-tahap perancangan
loyalitas tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Define
Customer Value (Definisi Nilai Pelanggan)
a.
Identifikasi
segmen pelanggan sasaran
b.
Definisikan
nilai pelanggan sasaran dan tentukan nilai pelanggan mana yang menjadi
pendorong keputusan pembelian dan penciptaan loyalitas
c.
Ciptakan
diferensiasi brand promise
2. Design
The Branded Customer Experience (Merancang Merek
dengan Pengalaman Pelanggan)
a.
Mengembangkan
pemahaman costumer expereience
(pengalaman pelanggan)
b.
Merancang
perilaku karyawan untuk merealisasikan brand
promise
c.
Merancang
perubahan strategi secara keseluruhan untuk merealisasikan pengalaman pelanggan
yang baru
3. Equip
People and deliver Consistenly (Melengkapi
Pengetahuan dan Keahlian Karyawan)
a.
Mempersiapkan
pemimpin untuk menjalankan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan
b.
Melengkapi
pengetahuan dan keahlian karyawan untuk mengembangkan dan memberikan pengalaman
kepada pelanggan dalam setiap interaksi yang dilakukan pelanggan terhadap
perusahaan
c.
Memperkuat
kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan kepemimpinan.
4. Sustain
and enhance performance (Mengembangkan dan
Mengkomunikasikan Hasil)
a.
Gunakan
respon timbal balik pelanggan dan karyawan untuk memelihara pelanggan secara
berkesinambungan dan mempertahankan pengalaman pelanggan
b.
Membentuk
kerja sama antara sistem HRD (Human
Resource develoment) dengan proses bisnis yang terlibat langsung dalam
memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan.
c.
Secara
terus menerus mengembangkan dan mengkomunikasikan hasil untuk menanamkan Branded Custumer Experience yang telah
dijalankan perusahaan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
1. Kualitas Produk
Kualitas produk menunjukkan
ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayainya produk tersebut, ketepatan
(precision) produk, mudah
mengoperasikan dan memeliharanya serta atribut lain yang dinilai. Dari segi
pandangan pemasaran, kualitas diukur dalam ukuran persepsi pembeli tentang
mutu/kualitas produk tersebut.
Kebanyakan produk disediakan atau diadakan mulanya berawal pada satu di antara
empat tingkat kualitas, yaitu kualitas rendah, kualitas rata-rata (sedang),
kualitas baik (tinggi), dan kualitas sangat baik.
Dilihat dari produk yang
dihasilkan, ternyata terdapat keuntungan dari pengadaan produk pada kualitas
tertentu. Kualitas yang tinggi biasanya diikuti dengan pembebanan harga yang
relatif tinggi kepada konsumen oleh perusahaan produsen, tetapi tidak berarti
bahwa biaya yang timbul dalam pembebanan harga berlebih-lebihan. Hal ini karena
kualitas yang sangat baik, bagaimanapun tidak menambah banyak keuntungan bagi
perusahaan. Sedangkan pengadaan produk dengan kualitas yang rendah tidaklah
berarti total keuntungan yang diperoleh kecil, walaupun per unit produk yang
dihasilkan adalah kecil. Umumnya produk dengan kualitas rendah dihasilkan dalam
jumlah yang relatif besar untuk mencapai masyarakat konsumen yang luas, karena
harganya relatif rendah, sehingga dapat terjangkau oleh para konsumen tersebut.
Dengan jumlah penjualan yang relatif
besar, diharapkan jumlah keuntungan yang diperoleh akan mencapai jumlah
yang cukup besar.
Berdasarkan pertimbangan tingkat
harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat konsumennya, maka strategi kualitas
dari produk yang dihasilkan harus mempertimbangkan masyarakat konsumen yang
dituju dan waktu penggunaannya, serta strategi dari para pesaing agar strategi
kualitas dari produk yang digunakan dapat efektif. Bila perusahaan menggunakan
strategi untuk menghasilkan produk dengan kualtias yang tinggi, tetapi ternyata
seluruh pesaing memilih penyerahan produknya yang juga berkualitas tinggi, maka
strategi yang digunakan perusahaan menjadi kurang efektif. Demikian pula
sebaliknya, jika perusahaan menyediakan produk dengan kualitas yang rendah,
sedangkan para pesaing lainnya juga
melakukan hal yang sama, maka strategi yang dijalankan juga menjadi
tidak efektif. Oleh karena itu, kualitas harus dipilih dengan mempertimbangkan
pasar sasaran (target market) dari
segmen tertentu dan strategi para pesaing lainnya.
2. Citra
Kadang kita
tidak dapat membedakan secara jelas antara identitas dan citra. Untuk
membedakannya, maka akan kita lihat pengertian masing-masing menurut Kotler
(2008 : 259) : “Identitas adalah berbagai cara yang di arahkan perusahaan untuk
mengidentifikasikan dirinya atau memposisikan produknya”.
Sedangkan
citra/image, yaitu : “Citra adalah
persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya”. Maka jelas jika, “brand image” atau citra merek adalah
bagaimana suatu merek mempengaruhi persepsi, pandangan masyarakat atau konsumen
terhadap perusahaan atau produknya.
Pengertian
brand image (Keller, 2008: 166) bahwa
:
1.
Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada
ingatan konsumen.
2.
Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran
mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan
langsung dengan
produk.
Membangun
brand image yang positif dapat
dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik
dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain.
Kombinasi yang baik dari elemen–elemen yang mendukung (seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya) dapat menciptakan
brand image yang kuat bagi konsumen.
Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan
asosiasi merek (Keller, 2008 : 167)
yaitu :
1. Favorability of
brand association / keunggulan asosiasi merek.
Salah satu faktor pembentuk brand image adalah keunggulan produk,
dimana produk tersebut unggul dalam persaingan. Karena keunggulan kualitas
(model dan kenyamanan) dan ciri khas itulah yang menyebabkan suatu produk
mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen.
2. Strength of brand
association/familiarity of brand association/kekuatan asosiasi
merek.
Contoh membangun kepopuleran merek
dengan strategi komunikasi melalui periklanan. Setiap merek yang berharga
mempunyai jiwa, suatu kepribadian khusus adalah kewajiban mendasar bagi pemilik
merek untuk dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/kepribadian tersebut
dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya.
Hal itulah yang akan
terus menerus menjadi penghubung antara produk/merek dengan konsumen. Dengan
demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan akan tetap terjaga
ditengah-tengah maraknya persaingan. Membangun
popularitas sebuah merek yang terkenal tidaklah mudah. Namun demikian
popularitas adalah salah satu kunci yang dapat membentuk brand image.
3. Uniquesness of brand
association / keunikan asosiasi merek.
Merupakan
keunikan-keunikan yang dimiliki oleh produk tersebut. Beberapa keuntungan
dengan terciptanya brand image yang
kuat adalah:
a. Peluang bagi produk/merek untuk terus mengembangkan diri dan
memiliki prospek bisnis yang bagus.
b. Memimpin produk untuk semakin memiliki sistem keuangan yang bagus.
c. Menciptakan loyalitas konsumen.
d.
Membantu dalam efisiensi marketing, karena merek telah berhasil dikenal
dan diingat oleh konsumen.
e.
Membantu dalam menciptakan perbedaan dengan pesaing. Semakin merek
dikenal oleh masyarakat, maka perbedaan/keunikan baru yang diciptakan
perusahaan akan mudah dikenali konsumen.
f. Mempermudah dalam perekrutan tenaga kerja bagi perusahaan.
g. Meminimumkan kehancuran/kepailitan perusahaan.
h. Mempermudah mendapatkan investor baru guna mengembangkan produk.
3.
Pengertian Iklan
Periklanan adalah kegiatan untuk menawarkan barang kepada
orang banyak, melalui berbagai media iklan
pada waktu yang sama. Karena
itu advertising ini merupakan
bagian dari "Mass selling". Media yang dipakai bermacam-macam
mengikuti perkembangan jaman. Surat kabar, majalah, radio, televisi dan bioskop
adalah media yang banyak dipakai saat
ini. Mungkin di masa mendatang ditemukan lagi media lain yang dianggap lebih dari pada media yang sudah ada sekarang.
Salah satu keuntungan utama
dari periklanan adalah kemampuannya untuk mengkomunikasikan kepada sejumlah
besar orang pada satu waktu. Iklan memiliki keunggulan untuk mampu menjangkau
massa (misalnya, melalui jaringan televisi nasional), tetapi juga mungkin hanya
menjangkau target yang sempit dari sejumlah calon pelanggan, seperti iklan
televisi melalui jaringan kabel yang ditargetkan atau melalui iklan cetak dalam
majalah perdagangan.
Kotler (2008 : 658) terjemahan
Hendra Teguh mengemukakan bahwa periklanan adalah segala bentuk penyajian dan
promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu
yang memerlukan pembayaran.
Hasan (2008 : 378) mengemukakan definisi iklan sebagai
berikut :
Iklan sebagai bentuk komunikasi antara produsen dan peospect (calon
pelanggan) dengan cara menyebarluaskan informasi produk tertentu kepada
prospect, dengan tujuan utama dapat mengubah perilaku prospec, yaitu perubahan
untuk menghasilkan (a) ketertarikan, (b) kesadaran, (c) pemahaman, (d)
penerimaan, (e) keyakinan, (f) motivasi, dan (g) pembelian produk”.
Iklan merupakan setiap bentuk penyajian nonpersonal dan
promosi ide, barang-barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang telah
diidentifikasikan. Dengan demikian bahwa periklanan :
1.
Merupakan alat komunikasi pemasaran produk maupun jasa
yang dibayar oleh sponsor khusus dengan cara mempresentasikan dan mempromosikan
ide, barang, jasa secara nonpersonal.
2.
Rancangan pesan secara khusus dan disampaikan melalui
sarana media (pers, radio, televisi dan lai-lain) yang bertujuan untuk
melakukan tindakan membeli atau mengubah perilakunya.
3.
Kegiatannya mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pengendalian pengawasan iklan.
Maksud diadakannya periklanan ialah untuk mendorong
tanggapan pembeli potensial terhadap perusahaan dan produknya. Hal ini
dilakukan dengan cara membeli informasi, menyalurkan keinginan-keinginan, dan
membeli alasan-alasan untuk menyukai
produk perusahaan bersangkutan. Tidak tepat jika periklanan ditujukan hanya
untuk mempengaruhi penjualan, sebab banyak variabel yang mempengaruhi
penjualan, termasuk iklan itu sendiri. Pendekatan yang lebih tepat adalah bila
tujuan periklanan diarahkan pada tahap-tahap kesiapan pembeli untuk membeli
produk, yaitu mengubah pelanggan dari tidak tahu menjadi memahami, mengambil
sikap, lalu membeli. Oleh karena itu pemasar harus menentukan tahap mana yang
perlu digarap lewat iklan.
Rahman (2010:
221) mengemukakan pengertian iklan : “Iklan adalah proses yang mengeluarkan
biaya, pada tingkat dan bentuk tertentu biayanya bisa sangat besar ”.
Kegiatan
periklanan berarti kegiatan menyebarluaskan berita (informasi) kepada pasar
(masyarakat/konsumen). Masyarakat perlu diberitahu siapa (sponsor) yang
bertindak melalui media iklan tersebut. Dalam hal ini pihak sponsor membayar
kepada media yang membawakan berita itu. Kegiatan periklanan ini adalah suatu
alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli, sehingga
keinginan mereka dapat terpenuhi dalam cara yang efisien dan efektif, dalam hal
ini komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk mengadakan pertukaran yang
saling memuaskan.
Dari beberapa pendapatan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan suatu bentuk komunikasi
massa; radio, surat kabar, majalan, dan sebagainya. Sehingga advertising mempunyai sifat non personal
dan merupakan suatu alat untuk mempromosikan produk atau jasa tanpa mengadakan
kontak langsung serta si pemasang iklan harus membayar dengan tarif tertentu
yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai
Pelanggan adalah ikatan
emosional yang terjalin antara pelanggan dan produsen setelah pelanggan
menggunakan produk atau jasa yang di hasilkan pemasok tersebut dan mendapati
bahwa produk bersangkutan memberikan nilai tambah.
Kepuasan
Pelanggan merupakan
perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara
prestasi atau produk yang dirasakan dan diharapkannya. Jadi dari
definisi-definisi diatas artinya adalah jika perasaan seseorang tersebut
memenuhi atau bahkan melebihi harapannya maka seseorang tersebut dapat
dikatakan puas.
Loyalitas
Pelanggan yaitu komitmen
yang mendalan untuk membeli kembali atau berlanggan kembali suatu produk atau
jasa yang dipilih di masa mendatang, dengan cara membeli merek yang sama secara
berulang-ulang, meskipun pengaruh situasional dan usaha-usaha pemasaran secara
potensial menyebabkan tingkah laku untuk berpindah
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ajeng Utami Ikasari, dkk,
2013, Pengaruh Nilai Pelanggan dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan, Diponegoro Journal of
Social and Politic, http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/.
Bhote, Keki R.1996, Beyond Customer Satisfaction to Customer
Loyalty, n.p.: American Management Association.
Gitosudarmo, Indriyo,
2008, Manajemen Pemasaran, edisi
pertama, cetakan keenam, Yogyakarta : BPFE.
Hamdani A. Lopiyoadi
Rambat, 2006, Manajemen Pemasaran Jasa,
cetakan pertama, edisi kedua, , Jakarta: Salemba Empat.
Hasan, Ali, 2008, Marketing,
cetakan pertama, Yogyakarta.: Medpress.
Hurriyati, Ratih, 2005, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen,
cetakan pertama, Bandung: Alfabeta.
Irawan, Handi, 2004, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, cetakan
kelima, Elex Media Komputindo,
Jakarta.